Kamis, 21 April 2022

LAPORAN AKSI NYATA MODUL 1 PARADIGMA DAN VISI GURU PENGGERAK Penerapan Pemikiran Ki Hajar Dewantara Pembelajaran Outing Class Metode Bermain Sepur-Sepuran Muatan Pelajaran IPA Materi Magnet Erva Yulia Kristanti, S.Pd Guru SD Negeri Ngepungrojo 01 CGP Angkatan 4 Kabupaten Pati Latar Belakang Dunia kini sudah semakin tanpa batas, teknologi telah berhasil menghilangkan jarak. Pertukaran budaya baik yang positif maupun negatif kini menjadi sukar terawasi dan tanpa filter. Filter tersebut diharapkan dapat ditumbuhkan sejak dini dalam setiap diri manusia Indonesia agar budayanya tidak tergerus oleh budaya lain yang lebih agresif melakukan penetrasi. Fenomena pandemi COVID-19 sejak permulaan tahun 2020 menjadikan secara fisik sekolah dan kelas diadakan dari jauh, namun sebetulnya jika dipikirkan ternyata kelas-kelas ini justru mendekat dan masuk ke rumah-rumah murid kita di masa pandemi ini. Pandemi membukakan mata kita bahwa guru punya peran yang besar dalam proses belajar murid-muridnya, sekaligus menyingkapkan bahwa orangtua pun punya peran yang tak terelakkan dalam pendidikan anak-anaknya di rumah. Dari pengalaman tersebut, kita disadarkan kembali bahwa pendidikan adalah suatu hal yang sifatnya individual sekaligus komunal yang tak terpisahkan. Murid di kelas-kelas kita adalah bagian dari sebuah komunitas di rumah, di masyarakat, dan di lingkungan, yang harus diberikan cara belajar dengan nyaman, aman dan gembira. Tujuan Aksi Nyata Tidak semua aturan harus dibuat oleh guru tetapi berikan ruang lebih banyak kepada murid untuk berkreasi termasuk memberi pendapat. Salah satu cara untuk mencapai merdeka belajar adalah dengan fokus proses pembelajaran pada murid, bukan guru. Guru memfasilitasi kebutuhan murid dan berusaha membantu murid untuk menggali potensi mereka masing-masing. Untuk mencapai merdeka belajar yang sesungguhnya, murid harus melewati semua proses pendidikannya dalam keadaan nyaman, bahagia, dan merdeka tanpa tekanan apapun. Desain pembelajaran ini sekaligus melestarikan dolanan tradisional yang sudah semakin jarang dimainkan, serta bermanfaat untuk menambah keakraban antar teman satu kelas yang selama pandemic jarang bertemu secara tatap muka langsung. Deskripsi Aksi Nyata 1. Diawali dengan mengungkapkan Perasaan selama melakukan perubahan dikelas, awalnya ada perasaan ragu mampu tidak bisa ataukah akan gagal menciptakan suasana belajar bagaikan taman bermain sebagai aksi nyata filosofis KHD, mengajak siswa belajar sambel bermain permainan tradisional yang sudah jarang mereka lakukan, karena tergerus permainan berbasis teknologi digital. 2. Ide atau gagasan yang timbul sepanjang proses perubahan Bukan tanpa alasan Ki Hadjar Dewantara menggunakan istilah “Taman” sebagai konsep pendidikannya. Taman berarti sebuah tempat bermain. Teduh, tenang, dan tentunya menyenangkan. Anak-anak senantiasa gembira berada di taman. Mereka dengan senang hati menghabiskan waktu di taman. Ki Hadjar ingin konsep pendidikan seperti sebuah taman. Pendidikan haruslah menyenangkan, belajar adalah proses kegembiraan. 3. Pembelajaran dan Pengalaman dalam bentuk catatan praktik baik yang saya lakukan adalah mendesain pembelajaran outing class tatap muka terbatas materi magnet dengan model permainan sepur-sepuran. Bertempat dihalaman sekolah Mendesain pembelajaran outing class Tatap muka terbatas materi magnet dengan model permainan sepur-sepuran, bertempat Di halaman sekolah. 4. Cara bermain Sepur-sepuran/ Kereta-keretaan adalah satu permainan berkelompok yang biasa dimainkan di tanah lapang atau halaman yang agak luas. Pemainnya biasanya sekitar 5-10 anak : Anak-anak berbaris bergandeng pegang 'buntut', yakni anak yang berada di belakang berbaris sambil memegang ujung baju atau pinggang anak yang di mukanya. Seorang anak yang lebih besar, atau paling besar, bermain sebagai "induk" dan berada paling depan dalam barisan. Kemudian dua anak lagi yang cukup besar bermain sebagai "gerbang", dengan berdiri berhadapan dan saling berpegangan tangan di atas kepala. "Induk" dan "gerbang" biasanya dipilih dari anak-anak yang tangkas berbicara, karena salah satu daya tarik permainan ini adalah dalam dialog yang mereka lakukan. Barisan akan bergerak melingkar kian kemari, sebagai Ular Naga yang berjalan-jalan dan terutama mengitari "gerbang" yang berdiri di tengah-tengah halaman, sambil menyanyikan lagu. barisan sepur akan berjalan melewati "gerbang". Pada saat terakhir, ketika lagu habis, seorang anak akan 'ditangkap' oleh "gerbang". Setelah itu, si "induk" --dengan semua anggota barisan berderet di belakangnya-- akan berdialog dan berbantah-bantahan dengan kedua "gerbang" perihal anak yang ditangkap. Anak yang berjaga sebagai gerbang akan memberikan pertanyaan berkaitan dengann materi magnet. Sampai pada akhirnya, si anak yang tertangkap disuruh memilih di antara dua pilihan, dan berdasarkan pilihannya, ditempatkan di belakang salah satu "gerbang". Permainan akan dimulai kembali. Dengan terdengarnya nyanyi, Barisan gerbong sepur/kereta kembali bergerak dan menerobos gerbang, dan lalu ada lagi seorang anak yang ditangkap. Pertanyaan seputar materi magnet kembali di ajukan gerbang. Demikian berlangsung terus, hingga "induk" akan kehabisan anak dan permainan selesai. Tolak Ukur Keberhasilan 1. Peserta didik sangat antusias mengikuti kegiatan dan tampak sangat gembira. 2. Tujuan pembelajaran dapat tersamoikan dengan baik. 3. Materi yang pada awalnya terasa sulit dipahami menjadi mudah dan gampang di ingat. 4. Peserta didik dengan kelemahan pemahaman literasi menjadi terbantu dengan melihat dan mendengar materi yang disampaikan temannya.. Program Tindak Lanjut Kesan dan Pesan Rekan Sejawat Bapak Sungarno, S.Pd. guru bidang studi PJOK : Design pembelajran yang telah dilakukan oleh ibu Erva Yulia Kristanti, sebagai peserta CGP sangat menginspirasi. Nilai luhur dari dolanan tradisional yang dapat di ambil yaitu, saling menghormati, kebersamaan, kerjasama, serta interaksi sosial. saat ini nilai luhur seperti permainan tradisional yang dimainkan anak-anak sambal belajar seperti tadi, sudah semakin terkikis dengan adanya kemajuan teknologi, termasuk ponsel pintar yang sudah dimiliki oleh setiap anak. Bahwa "Manusia itu diciptakan sebagai makhluk sosial, maka dari itu kita harus menanamkan sejak dini interaksi sosial. Dolanan tradisional juga merupakan instrumen yang strategis untuk mengalihkan anak-anak, terhadap smartphone mereka. Bukannya malah asik sendiri, dan acuh terhadap orang lain, Ide pembelajaran yang sangat bagus, pembelajaran yang benar-benar menyenangkan, konsep pendidikan sebagai taman bermain, semoga banyak guru yang ikut bergabung dalam program guru penggerak Dokumentasi Kegiatan Foto Kegiatan Deskripsi Kegiatan Konsultasi dan Paparan Kegiatan Aksi Nyata Program Calon Guru Penggerak Kesepakatan Kelas bersama Peserta Didik dalam pelaksanaan kegiatan aksi nyata pembelajaran outing class Pelaksanaan Pembelajaran Outing Class Pembelajaran model bermain sepur-sepuran Refleksi Kegiatan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mari kita buktikan bahwa kita BISA